Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Batu Golog

By | June 30, 2023
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Batu Golog

Inilah cerita rakyat Nusa Tenggara Barat tentang Batu Golog yang inspiratif dan singkat yang akan tabbbayun ceritakan untuk kalian semua.

Sebuat kisah yang berjudul cerita rakyat Nusa Tenggara Barat tentang Batu Golog yang sangat populer.

Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Batu Golog

Pada suatu waktu di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di dekat Sungai Sawing, terdapat sebuah keluarga yang hidup dalam keadaan miskin. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ibu bernama Inaq Lembain dan seorang ayah bernama Amaq Lembain. Mereka memiliki dua orang anak yang masih kecil, Jaka dan Dewi. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai buruh tani.

Kehidupan keluarga ini sangat sederhana. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang terbuat dari bambu dan daun nipah. Dinding rumah mereka diberi hiasan anyaman bambu yang indah, mencerminkan keterampilan seni dan kerajinan tangan orang-orang Nusa Tenggara Barat. Taman kecil di depan rumah mereka diisi dengan beragam tanaman hias, menambah keindahan rumah mereka.

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, Inaq Lembain sudah bangun dan mulai mempersiapkan sarapan untuk keluarganya. Amaq Lembain dan Jaka pergi ke sawah, sedangkan Dewi membantu ibunya dengan pekerjaan rumah tangga. Mereka hidup dalam kebersamaan yang penuh kasih sayang dan saling tolong-menolong.

Salah satu cerita rakyat yang sering mereka ceritakan adalah tentang Batu Golog. Mereka menjelaskan dengan penuh kagum keindahan alam di sekitar Batu Golog. Di dekat Sungai Sawing, terdapat lanskap yang memukau. Gunung-gunung yang menjulang tinggi di kejauhan, hamparan sawah yang hijau dan subur, dan aliran sungai yang jernih memberikan keindahan tersendiri bagi daerah itu. Pepohonan besar yang rindang juga menambah kesegaran dan keasrian tempat tersebut.

Pada suatu hari cerah, Inaq Lembain pergi ke sawah untuk menumbuk padi. Jaka dan Dewi mengikuti ibunya dengan penuh kegembiraan. Mereka berjalan melewati hamparan sawah yang luas, melihat petani-petani tetangga yang sibuk bekerja di ladang. Akhirnya, mereka sampai di tempat Inaq Lembain biasa menumbuk padi.

Jaka dan Dewi duduk di atas sebuah batu yang terletak di dekat tempat ibu mereka bekerja. Batu tersebut dikenal sebagai batu golog. Batu itu memiliki warna cokelat tua dan permukaannya yang halus. Inaq Lembain mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa batu golog itu merupakan tempat yang istimewa.

Jaka (tertawa): “Bu, mengapa batu ini disebut batu golog?”

Dewi (menyentuh batu dengan tangan): “Batu ini terasa dingin dan mulus, Bu. Apakah ada cerita di baliknya?”

Inaq Lembain (senyum lembut): “Dulu, nenek moyang kita percaya bahwa batu golog ini memiliki kekuatan magis. Setiap kali aku menumbuk padi di sini, batu ini akan semakin tinggi. Tapi tenang saja, anak-anak. Ibu di sini selalu menjaga kalian dengan penuh cinta.”

Mereka melanjutkan pekerjaannya dengan riang gembira. Jaka dan Dewi tertawa dan bersenda gurau di atas batu golog sambil mengamati ibu mereka menumbuk padi dengan terampil. Setiap kali Inaq Lembain menumbuk padi, batu tempat kedua anaknya duduk semakin tinggi, memberikan sensasi melayang di udara.

Jaka (dengan riang): “Bu, aku merasa seperti terbang di langit!”

Dewi (tertawa): “Ya, aku juga merasakannya! Tapi jangan tinggi-tinggi ya, Bu. Nanti kita jatuh!”

Inaq Lembain (tersenyum): “Tak usah khawatir, Nak. Ibu selalu ada di sini untuk menjaga kalian.”

Mereka melanjutkan kegiatan menumbuk padi dengan semangat. Namun, tak disadari oleh Inaq Lembain, batu golog terus naik ke atas, semakin tinggi menjulang ke langit. Kedua anak tersebut mulai merasa ketakutan karena mereka merasa seperti terapung di udara tanpa kendali.

Jaka (ketakutan): “Bu, batunya semakin tinggi! Aku takut kita jatuh!”

Dewi (menggenggam erat tangan Jaka): “Iya, Bu, aku juga takut. Kenapa batunya bisa tinggi seperti ini?”

Inaq Lembain (fokus menumbuk padi): “Sabar, Nak. Ibu segera selesai menumbuk padi. Tunggu sebentar lagi.”

Ketakutan Jaka dan Dewi semakin memuncak saat mereka melihat batu golog mencapai langit. Mereka berteriak dan berusaha memanggil perhatian Inaq, tetapi suara mereka terbawa oleh angin yang kencang.

Inaq Lembain (terkejut): “Astaga! Bagaimana ini bisa terjadi? Anak-anakku ada di atas sana!”

Dengan penuh kepanikan, Inaq segera mengambil tindakan. Dia menggunakan sabuk saktinya yang diberikan oleh nenek moyang mereka. Sabuk tersebut memiliki kekuatan magis yang bisa dipergunakan untuk memotong segala sesuatu.

Inaq Lembain (memegang sabuk sakti): “Ini saatnya aku menggunakan sabuk sakti nenek moyang kita! Semoga ini berhasil!”

Tanpa panjang pikir, Inaq dengan cepat mengayunkan sabuk sakti tersebut ke arah batu golog yang mencapai langit. Sabuk itu memotong batu menjadi tiga bagian yang jatuh ke lokasi yang berbeda.

Jaka (kagum): “Bu, batunya terpotong! Tapi, kita akan jatuh ke bumi, kan?”

Dewi (bergetar): “Iya, Bu, aku takut!”

Inaq Lembain (tenang): “Jangan khawatir, Nak. Kalian tidak akan jatuh ke bumi.”

Namun, seketika itu juga, Jaka dan Dewi merasakan perubahan yang aneh dalam tubuh mereka. Mereka merasa ringan dan melihat sayap tumbuh dari belakang punggung mereka. Nampaknya, mereka telah berubah menjadi burung.

Seru sekali menyimak cerita rakyat Nusa Tenggara Barat tentang Batu Golog diatas kan? simak terus lanjutannya.

Jaka (terkejut): “Bu, aku… aku berubah menjadi burung!”

Dewi (tercengang): “Benar, Bu! Aku juga!”

Inaq Lembain (tersenyum): “Kalian berubah menjadi burung karena kalian adalah anak-anak yang istimewa. Kalian akan mendapatkan perlindungan dan keselamatan dalam wujud burung ini.”

Burung kekuwo dan burung kelik terbang ke langit dan melayang di atas batu golog yang terpotong. Kehidupan baru mereka sebagai burung membawa mereka ke berbagai tempat yang menakjubkan di Nusa Tenggara Barat. Mereka terbang melintasi hutan-hutan hijau, menyeberangi sungai-sungai yang jernih, dan mendarat di puncak-puncak gunung yang megah.

Jaka (semangat): “Aku merasa begitu bebas dan kuat sebagai burung kekuwo, Bu!”

Dewi (gembira): “Aku juga, Jaka! Kita bisa menjelajahi alam ini dengan leluasa!”

Inaq Lembain (bangga): “Aku sangat bahagia melihat kalian berdua menemukan kebebasan dan keajaiban dalam wujud burung. Kalian adalah anugerah bagi keluarga kita dan juga bagi masyarakat sekitar.”

Kisah tentang Batu Golog, burung kekuwo, dan burung kelik menjadi cerita rakyat yang terus diceritakan dari generasi ke generasi di Nusa Tenggara Barat. Masyarakat setempat melihat batu golog sebagai simbol keajaiban alam dan kekuatan alam yang luar biasa. Sedangkan burung kekuwo dan burung kelik dianggap sebagai lambang keselamatan dan perlindungan dari segala bentuk bahaya. Cerita ini mengajarkan pentingnya menjaga dan menghormati alam serta nilai-nilai kekeluargaan yang kuat.

Itulah cerita singkat yang populer, yang berjudul cerita rakyat Nusa Tenggara Barat tentang Batu Golog yang inspiratif, lengkap dengan pesan moralnya.

Pesan moral dari cerita ini adalah:

Cerita ini menekankan pentingnya kebersamaan dan saling mendukung dalam keluarga. Keluarga yang hidup dalam keadaan sederhana tetapi penuh cinta dapat menghadapi tantangan dengan keberanian dan kekuatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *