Cerita Rakyat Sambas Asal Usul Kampung Tangga Emas

Inilah cerita rakyat Sambas tentang Asal Usul Kampung Tangga Emas yang inspiratif dan singkat yang akan tabbbayun ceritakan untuk kalian semua.

Sebuat kisah yang berjudul cerita rakyat Sambas tentang Asal Usul Kampung Tangga Emas yang sangat populer.

Cerita Rakyat Sambas Asal Usul Kampung Tangga Emas

Pada zaman dahulu, di sebuah kampung yang terletak di pinggiran Sungai Sambas Kecil, tinggalah seorang lelaki penangkap ikan bersama istrinya dan beberapa anak mereka.

Mereka hidup dalam kemiskinan dan mencari nafkah dengan menangkap ikan di sungai.

Hasil tangkapan ikan itu mereka tukarkan dengan beras, minyak, dan keperluan sehari-hari lainnya.

Meskipun hidup mereka bergantung pada sungai, seringkali sang lelaki pulang tanpa membawa beras sebagai tukaran.

Sebagai seorang penangkap ikan yang berpengalaman, sang lelaki memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda alam dan sungai yang memengaruhi hasil tangkapannya.

Misalnya, jika terdengar petir, ia tahu bahwa udang tidak akan keluar mencari makan dan tidak akan bisa ditangkap.

Begitu pula jika air sungai terasa dingin atau arusnya terlalu deras, tangkapan ikan pun akan minim.

Suatu hari, sang lelaki mengusulkan kepada istrinya untuk membuat sebuah jala.

Dengan memiliki jala, ia bisa menangkap udang tidak hanya saat memancing, tetapi juga saat menjala baik pada siang maupun malam hari.

Istrinya setuju dengan usul tersebut, dan mereka berusaha membuat jala tersebut.

Setelah beberapa hari, jala itu selesai dianyam.

Sang lelaki sangat senang memiliki jala yang cukup besar.

Dengan jala tersebut, ia dapat menangkap udang kapan saja.

Bahkan pada malam hari, ia juga bisa menjala ikan.

Meskipun hasil tangkapan ikan lebih sedikit dibandingkan dengan udang, ia tetap bersemangat.

Suatu hari, sang lelaki memutuskan untuk menjala di tempat yang agak jauh dari kampungnya.

Ia membawa sebuah galah panjang dari batang bambu yang digunakan untuk menyelam dan melepaskan jala jika terjebak.

Ketika menjala, ia merasa kecewa karena tidak ada ikan atau udang yang tertangkap.

Hanya beberapa helai daun yang menyangkut di jala.

Tubuhnya terasa lelah, namun ia tetap mencoba beberapa kali.

Ketika ia berada di tempat dengan arus sungai yang sangat kuat, jala yang ia tarik terjebak dan tidak bisa ditarik.

Ia mencoba berkali-kali, tetapi tetap tidak berhasil.

Ia tidak berani memaksanya karena takut jala akan rusak.

Satu-satunya pilihan adalah menyelam dan memeriksa benda yang menyebabkan jala terjebak.

Sambil memegang galah bambu, sang lelaki menyelam dan memeriksa jala.

Setelah beberapa saat, ia muncul kembali ke permukaan dengan tangga kecil bercahaya yang menyerupai emas.

Sang lelaki terkejut dan terpesona dengan temuannya.

Ia memegang tangga emas tersebut dan berharap bisa mendapatkan kekayaan.

Namun, di seberang sungai, ribuan katak mulai berdatangan dan melompat-lompat sambil mengeluarkan suara khas.

Di sebuah tempat yang jauh di seberang sungai, tepat di mana seorang lelaki sedang menjala, ratusan bahkan ribuan ekor katak berlompatan kesana kemari, seolah-olah ikut menyaksikan apa yang dilakukan oleh lelaki itu.

Jenis katak yang berbeda-beda juga datang dan bergabung dengan kelompok yang sudah ada di sana.

Katak-katak itu melompat-lompat sambil mengeluarkan suara,

“krooot…. kraaaat…. kraaat…. kraaaat,” suara itu semakin lama semakin kuat, “kraat…. kraat…. kraat…. krooot….!”

Tiba-tiba turun hujan rintik-rintik.

Lelaki itu berusaha untuk menaikkan tangga itu ke perahunya.

Sementara itu, suara katak semakin ribut dan keras.

Tempat itu sekarang dipenuhi oleh suara ribuan ekor katak.

Namun, lelaki itu berkata dalam hati bahwa ia tidak akan memotong tangga itu.

Meskipun ia mulai memahami suara katak-katak itu, keinginan serakah dan tamak untuk memiliki tangga emas begitu kuat dalam diri lelaki itu.

Menurut pikirannya, semakin panjang tangga ditarik dari sungai, semakin kaya ia akan menjadi.

Oleh karena itu, lelaki itu semakin berusaha untuk menarik tangga tersebut.

Lelaki itu seolah-olah sudah terpengaruh oleh setan “keinginan menjadi kaya” dan terlibat dalam perjuangan dengan tangga itu.

Cahaya terang yang dipancarkan dari dalam sungai menyebar dan menembus hujan rintik-rintik.

Di seberang sungai, berbagai jenis katak dengan ribuan ekor terus mengeluarkan suara mereka sambil melompat-lompat.

“Masa bodoh, hai katak-katak yang celaka! Apa pedulimu menyuruhku memotong tangga ini? Tangga ini sudah menjadi milikku, terserah padaku.

Tidak peduli betapa keras kamu menyuruhku memotongnya, tangga ini tidak akan kupotong!” teriakan lelaki itu membalas suara katak-katak di seberang sungai.

Ia semakin bersemangat untuk menarik tangga itu sejauh mungkin.

Perahu kecil itu mulai bergerak ke tengah sungai.

Tangga semakin panjang terlihat di permukaan air.

Cahaya semakin terang dan suara katak-katak semakin nyaring.

Suara itu seolah-olah menusuk telinga yang mendengarnya.

Ketika tangga itu mencapai beberapa puluh sentimeter di atas air dan semakin panjang, lelaki itu langsung memeluk tangga tersebut.

Perahu itu mulai miring ke samping dan tiba-tiba terdengar suara seperti barang terjatuh ke sungai dengan suara yang cukup keras, kemudian hilang.

Perahu kecil dan lelaki itu tidak terlihat lagi, air sungai di tempat itu berputar-putar dengan derasnya dan membentuk seperti kerucut terbalik.

Di tempat itu, terbentuk suatu jurang yang sangat dalam.

Hujan rintik sudah berhenti.

Alam menjadi jernih dan tenang.

Suara katak yang riuh telah hilang sama sekali.

Ribuan ekor katak-katak itu pergi entah ke mana.

Matahari sudah bergerak ke arah barat, dengan cahayanya yang semakin merah.

Demikianlah peristiwa yang menimpa lelaki itu.

Keinginannya untuk menjadi orang kaya di kampung itu dengan memiliki tangga emas tidak tercapai dan membuatnya melupakan segalanya.

Ia tidak menghiraukan isyarat dan tanda-tanda di sekelilingnya, suara katak yang menyuruhnya memotong tangga itu tidak diindahkannya.

Tempat kejadian ini dinamakan Kampung Tangga Emas, terletak sekitar 5 kilometer dari Kota Sambas sekarang, di pinggiran Sungai Sambas Kecil, ke arah barat.

Itulah cerita singkat yang populer, yang berjudul cerita rakyat Sambas tentang Asal Usul Kampung Tangga Emas yang inspiratif, lengkap dengan pesan moralnya.

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita di atas adalah sebagai berikut:

Keserakahan dan keinginan yang tidak terkontrol dapat membawa bahaya dan menghancurkan diri sendiri. Lebih penting untuk menghargai apa yang telah kita miliki dan menjaga harmoni dengan alam dan kehidupan sekitar. Kekayaan sejati tidak hanya terletak pada materi, tetapi juga pada kebahagiaan, kehidupan yang bermakna, dan kesadaran akan nilai-nilai yang lebih penting daripada sekadar harta.

Leave a Comment