Asal Usul Sungai Kapuas, Cerita Rakyat Kalimantan Barat

Berikut ini adalah cerita rakyat Kalimantan Barat mengenai asal usul Sungai Kapuas yang sangat terkenal Singkat yang cocok menemani anak-anak sebelum tidur.

Cerita Rakyat Kalimantan Barat  Asal Usul Sungai Kapuas

Dahulu kala, di Pulau Mintin, terdapat sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat bijaksana. Kehidupan rakyat di kerajaan itu terjamin dan sejahtera. Rakyat sangat mencintai sang Raja dan sang Permaisuri.

Namun suatu hari, sang Permaisuri terserang penyakit aneh dan akhirnya meninggal. Raja sangat berduka cita. Ia menjadi kehilangan semangat dan bermaksud berlayar guna menghapus kesedihannya.

Mengetahui hal tersebut, si Penasihat kerajaan bertanya, “Siapakah yang akan menjalankan pemerintahan selama Tuan pergi?”

“Kukira putra kembarku, Naga dan Buaya, mampu menjalankan tanggung jawab ini,” kata sang Raja.

Setelah itu, sang Raja memanggil kedua putra kembarnya. “Anak-anakku, Ayah minta kalian untuk menjalankan pemerintahan selama kepergian ayah.”

Meski Naga dan Buaya kembar, namun sifat keduanya bertolak belakang. Buaya memiliki sifat baik dan pemurah, sedangkan Naga sebaliknya. Naga senang berfoya-foya dan tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain.

Setelah sang Raja pergi, Naga mulai berulah. Ia tak mau mendampingi Buaya menjalankan pemerintahan. Kerjanya hanya bersenang-senang dan memaksa penduduk untuk membayar pajak yang besar. Karena kesal dengan tingkah laku kakaknya, Buaya menghadap si Penasihat kerajaan untuk menegur Naga. Namun, Naga tak mengindahkan segala nasihat.

Hari berganti hari, tingkah laku Naga semakin menjadi-jadi dan ia semakin jahat. Pertengkaran antara Naga dan Buaya pun tak terhindarkan. Buaya bertekad untuk menghentikan segala tindak-tanduk Naga. Namun, Naga justru melawan Buaya. Pertempuran pun tak terelakkan.

Di tengah perjalanan, hati sang Raja gelisah dan memerintahkan awak kapal untuk pulang. Sesampainya di kerajaan, ia melihat banyak mayat pasukan kerajaan. Belum hilang rasa herannya, ia melihat kedua putra kembarnya sedang bertarung. Ia pun menghardik kedua putranya.

Naga dan Buaya serentak menoleh. Mereka langsung menghentikan pertarungan. “Kalian telah menyia-nyiakan kepercayaan Ayah pada kalian. Lihatlah, berapa banyak korban yang sudah jatuh?” kata sang Raja.

Tiba-tiba, petir menggelegar. Seketika, berubahlah Buaya menjadi seekor buaya. Melihat adiknya berubah menjadi buaya, Naga ketakutan. Raja memandang anaknya dengan rasa penyesalan. Dalam sekejap, Naga pun berubah menjadi seekor naga dan pergi meninggalkan ayahnya.

Sang Raja sangat menyesal melihat kejadian tersebut. Ia merasa bahwa keputusannya untuk mempercayakan pemerintahan kepada Naga dan Buaya merupakan kesalahan besar. Namun, ia tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi.

Setelah itu, Buaya menjalankan pemerintahan dengan bijaksana. Ia memperbaiki semua kerusakan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh Naga. Ia juga meminta maaf kepada rakyat atas kesalahan kakaknya.

Sementara itu, Naga merasa kesepian dan terasingkan. Ia merenung dan meratapi nasibnya sendirian di Sungai Kapuas. Namun, seiring berjalannya waktu, Naga mulai menyadari kesalahannya dan merasa menyesal telah menyia-nyiakan kepercayaan ayahnya.

Suatu hari, Naga berjumpa dengan seorang biksu. Ia bercerita kepada biksu tentang kehidupannya dan penyesalannya. Mendengar cerita Naga, biksu memberikan nasihat kepada Naga agar berbuat baik dan membantu orang lain. Naga pun memutuskan untuk mengikuti saran biksu dan mulai membantu nelayan yang kesulitan menangkap ikan di Sungai Kapuas.

Karena kebaikannya, Naga mulai dihormati oleh penduduk sekitar. Mereka meminta Naga untuk membantu mereka menyelesaikan masalah dan memberikan nasihat bijaksana. Naga pun mulai merasa bahagia karena bisa membantu orang lain dan menjadi berguna.

Beberapa tahun kemudian, Sang Raja yang sudah sepuh memutuskan untuk mengunjungi Naga di Sungai Kapuas. Setelah bertemu dengan Naga, Sang Raja merasa senang melihat perubahan pada Naga. Ia merasa bangga melihat Naga yang dulunya bermasalah dan suka berfoya-foya, kini menjadi sosok yang bijaksana dan membantu orang lain.

Sang Raja pun memutuskan untuk meminta maaf kepada Naga atas perlakuan buruk yang pernah ia berikan kepadanya. Naga dengan lapang hati menerima permintaan maaf Sang Raja.

Dari situlah, Sungai Kapuas dikenal sebagai sungai yang penuh dengan kearifan lokal dan kebijaksanaan. Legenda ini pun terus dikenang oleh masyarakat sebagai pengingat bahwa setiap perbuatan pasti akan berdampak pada akhirnya.

 

Itulah cerita singkat yang populer, cocok dibacakan untuk anak sebelum tidur berjudul cerita rakyat Kalimantan Barat mengenai asal usul Sungai Kapuas, lengkap dengan pesan moralnya.

 

Pesan moral dari cerita Asal Usul Sungai Kapuas adalah pentingnya menjunjung tinggi amanah dan kepercayaan yang diberikan kepada kita, serta menjalankan tanggung jawab dengan baik.

Leave a Comment